Gradien

Suatu malam seorang teman bertanya
“Bagaimana dengannya?”,
Hahaha.. Saya hanya tertawa
Tanpa benar-benar menjawabnya
Bukan tak mampu
Bukan tak tahu
Hanya saja, saya ragu

Dalam berbagai masalah yang dihadapi
Saya tahu bahwa
Ketika rasa dan rasio berebut pengaruh
pada akhirnya
Saya akan menyerah
dan memilih berdiri di belakang rasio
Memilih yang tidak beresiko
Memilih yang sebagaimana seharusnya

Yes, it is typically me
Do as written in the manual book

Maka saya mengurai garis-garis masalahnya
Menemukan dua garis
dengan gradien berbeda
dengan arah yang berbeda
Maka sebagaimana nasehat guru matematika,
“Hanya akan berpotongan, tidak akan bersisian”

That is the manual book said

Mungkin saya sedikit mengerti
Alasan dari beberapa saudara yang pergi
dan tak lagi berada di sisi
Mungkin beberapa dari mereka juga melewati titik ini
Hanya saja, mereka nyaman bersama rasa
mengubah kemiringan, mengubah arah
Sedangkan saya?
Saya ragu, sangat ragu…

Ahh…
“Ini tempo namanya…”
Nasehat lama almarhum guru catur saya
saat dulu saya terkecoh dengan
skak berulang,
langkah raja lawan yang berulang

“Mainkan tempo, mainkan bidak lain,
biarkan raja lawan kehabisan langkah,
dan kembali ke posisi yang kita inginkan”

Ya, mainkan tempo…
Bukankah saya tidak terburu-buru?
Bukankah masih banyak hal lain yang dapat dilakukan?
Maka saya memutuskan memainkan bidak-bidak lainnya
Membiarkan waktu membawa saya
melewati ujung titik perpotongan ini
Dan kalau pun tidak ada yang berubah pada akhirnya
Bukankah tidak setiap cinta harus terwujud dengan cara yang sama?

Ciawi, 23 Sep 2011

Yeah…, it’s not about love, it’s about  m = y/x …..