Tanpa Judul

Ada hal-hal tertentu yang tidak perlu dipikirkan
Hanya perlu jujur dirasakan
Seperti tertawa untuk hal yang lucu
Tersenyum untuk hal-hal yang menyenangkan
Menangis saat sedih
Berkata sakit saat merasa sakit
Bersegera makan ketika merasa lapar
Ya, semudah itulah

Pada kenyataannya…
Tidak semua tanya harus dicari jawabnya
Tidak semua hal memerlukan penjelasan
Kadang hanya perlu jujur dirasakan

…………………

Saudara

Saya hanya perlu percaya
Bahwa saya bisa menemukan mereka dimana saja
dan kapan saja
tanpa pernah saya duga

Mungkin saat hari pertama kuliah
Saat hari pertama masuk kantor
Saat dinas di luar kota
Saat di pojok kereta
Atau bahkan…
Saat sedang makan sendirian di negeri antah berantah

Saya hanya perlu percaya
Bahwa jika saya menjaga Allah
Maka Allah akan menjaga saya
Dimana pun saya berada
Salah satunya melalui mereka

Saya hanya perlu percaya
Ya…, hanya perlu percaya…

IBR, 27 Mei 2012
*lupakan country report*

Homesick!!!

Safar adalah siksaan kecil, ujar seorang guru
Resah meninggalkan rumah yang nyaman
Resah meninggalkan orang-orang terkasih
Dan ternyata memang tidak mudah
Mungkin itu hikmah dibolehkannya meringkas solat dan
berbuka ketika puasa bagi para musafir

Mungkin ada benarnya lirik yang dipilih Padi
‘Perjalanan ini pun kadang merampas bijak hatiku…’

Saya kini mengerti
Betapa kokohnya jiwa Syafii muda
Yang menghabiskan waktu menuntut ilmunya dalam perjalanan

Saya kini mengerti
Betapa tangguhnya kesungguhan Imam Bukhari
Melintasi daerah-daerah jauh
Demi mengumpulkan kalimat demi kalimat peninggalan Sang Nabi

Ah, fajar… Cepatlah datang…
Saya hanya ingin pulang…

Prabumulih, 15 Maret 2012

Sesederhana Itu

Sesederhana angin yang semakin kencang berhembus
Sesederhana itu pula kita memperkuat pegangan
Sesederhana dingin yang semakin menusuk
Sesederhana itu pula kita menyiapkan pakaian yang lebih hangat
Sesederhana gelap yang semakin pekat
Sesederhana itu pula kita menyiapkan pendar cahaya

Bukankah hidup sesederhana itu sahabat?

Sesederhana lingkaran cahaya yang kita jaga
Sesederhana rabithah yang kita lafalkan
Sesederhana nawafil yang kita dawamkan
Sesederhana kebaikan demi kebaikan yang kita tebar

Bukankah sesederhana itulah kita bertahan?

Hei, apakah engkau masih bersamaku sahabat?
Apakah kita masih bersama mereka?
Atau apakah memang semua
tidak sesederhana tawa kita sembilan tahun yang lalu?

Februari 2012
Our February, our Koaci…

Mereka dan Kalian

Melihat mereka yang bersahabat
Melihat mereka yang humoris
Melihat mereka yang penuh inisiatif
Melihat mereka yang merepotkan
Melihat mereka yang kooperatif
Melihat mereka yang egois
Melihat mereka yang pendiam

Pada titik ini saya semakin mengerti
Kumpulan manusia dimanapun akan sama

Ahh…, saya jadi rindu kalian
Rindu direpotkan oleh 100-an teman lama
Rindu mengarungi Jawa-Bali bersama
Rindu menghabiskan malam-malam bersama,
berjibaku dengan rapat di sudut-sudut kampus
atau berkutat dengan diktat di kamar-kamar kos

Saya akan merindukan mereka
sebagaimana saya merindukan kalian

Pusdiklat Kemenperin, 27 November 2011

Gradien

Suatu malam seorang teman bertanya
“Bagaimana dengannya?”,
Hahaha.. Saya hanya tertawa
Tanpa benar-benar menjawabnya
Bukan tak mampu
Bukan tak tahu
Hanya saja, saya ragu

Dalam berbagai masalah yang dihadapi
Saya tahu bahwa
Ketika rasa dan rasio berebut pengaruh
pada akhirnya
Saya akan menyerah
dan memilih berdiri di belakang rasio
Memilih yang tidak beresiko
Memilih yang sebagaimana seharusnya

Yes, it is typically me
Do as written in the manual book

Maka saya mengurai garis-garis masalahnya
Menemukan dua garis
dengan gradien berbeda
dengan arah yang berbeda
Maka sebagaimana nasehat guru matematika,
“Hanya akan berpotongan, tidak akan bersisian”

That is the manual book said

Mungkin saya sedikit mengerti
Alasan dari beberapa saudara yang pergi
dan tak lagi berada di sisi
Mungkin beberapa dari mereka juga melewati titik ini
Hanya saja, mereka nyaman bersama rasa
mengubah kemiringan, mengubah arah
Sedangkan saya?
Saya ragu, sangat ragu…

Ahh…
“Ini tempo namanya…”
Nasehat lama almarhum guru catur saya
saat dulu saya terkecoh dengan
skak berulang,
langkah raja lawan yang berulang

“Mainkan tempo, mainkan bidak lain,
biarkan raja lawan kehabisan langkah,
dan kembali ke posisi yang kita inginkan”

Ya, mainkan tempo…
Bukankah saya tidak terburu-buru?
Bukankah masih banyak hal lain yang dapat dilakukan?
Maka saya memutuskan memainkan bidak-bidak lainnya
Membiarkan waktu membawa saya
melewati ujung titik perpotongan ini
Dan kalau pun tidak ada yang berubah pada akhirnya
Bukankah tidak setiap cinta harus terwujud dengan cara yang sama?

Ciawi, 23 Sep 2011

Yeah…, it’s not about love, it’s about  m = y/x …..

Di Penghujung Sya’ban

sejak awal…
cinta kita memang tidak sempurna
karena apa yang terjadi antara makhluk-makhluk tidak sempurna
hakikatnya adalah ketidaksempurnaan pula

sejak awal…
kesalahan bagiku dan bagimu adalah niscaya
sebagaimana terik mentari yang kadang membakar
atau derasnya hujan yang sesekali menghanyutkan

karena itu…
untuk senyuman hangat yang seharusnya diberikan
untuk sikap acuh tak acuh dalam perjumpaan
untuk kesempitan dalam waktu-waktu kebersamaan
untuk keegoisan dalam menikmati waktu-waktu kesendirian
untuk kebisuan-kebisuan dalam keceriaan
untuk panggilan-panggilan yang tak pantas
untuk canda yang menyakiti hati
untuk pesan singkat yang seringkali tidak berbalas
untuk kepercayaan yang terkhianati
untuk janji-janji yang tak tertunaikan

di penghujung Sya’ban ini
adakah maafmu untukku sahabat?

‘semoga Allah
memberkahi kita di bulan Sya’ban
dan menyampaikan usia kita
hingga Ramadhan nanti’

Ciawi, 26 Juli 2010

Saya Tidak Akan Lupa

Saya tidak akan lupa
Beberapa tahun lalu,
pada hari dimana dia mengabarkan berita gembira itu
‘Alhamdulillah, saya diterima bekerja…’

Lalu beberapa pekan setelahnya
Dia bercerita,
Tentang dia dan pekerjaannya
‘Pekerja seperti saya, harus banyak dinasehati’
Dia mengatakannya
Seperti sebuah pesan yang dititipkan
Untuk diri saya beberapa tahun setelahnya

Suatu hari saya mendatanginya
Menanyakan beberapa hal
Dan saya tidak akan lupa
Perkataannya saat itu,
‘Jika saja saya mengikuti kebanyakan orang,
maka sungguh saya akan mendapat beberapa kali lipat
dari yang seharusnya’
Tak lama dia melanjutkan,
‘… maka pisahkan apa yang menjadi hak kita
dan yang selainnya’

Ya, saya tidak akan lupa
Ketika realitas memaksanya mengatakan,
‘Tutup mata saja, ada banyak hal lain,
ada banyak kewajiban lain yang lebih penting
untuk dikerjakan.’
Dan kini, sepertinya saya mulai mengerti…

‘Ahh, Rabbi…
Sesungguhnya kami tidak tahu,
ini rahmat atau musibah. Kami hanya
berprasangka baik kepada-Mu..’

Ciawi, 13 Juli 2011
‘Setidaknya saya lebih beruntung dari pinokio, tidak perlu repot dgn hidung yg terus memanjang…’

Untukmu Wahai Aksara

Kau adalah cipta budaya
Hadir menjadi pembeda masa
Maka lekat kubaca engkau dalam payah
Terbata-bata dalam eja,
hingga terbiasa

Dalam susunan serupa tapi berjuta makna
Dalam deret yang sama dengan tafsir berbeda
Kau tunjukkan padaku tentang segala
Tentang kisah nabi maupun durjana
Tentang doa dan harapan maupun hina
Tentang Nusantara hingga Palestina

Kau mampu munculkan tangis dalam sepi
Juga tawa dalam canda
Maka membaca rangkaianmu memperkaya jiwa
Merenungkan susunanmu memunculkan makna

Meski kini merangkaimu menyiksa jiwa
Tapi sarjana tanpamu adalah tiada
Dengarlah bisikku untukmu wahai aksara,
“Aku ingin terus mencintaimu
dalam berbagai bahasa
untuk sejuta makna.”

fitro
24-03-2010